Jumat, 10 Agustus 2007

Gastropoda


2.1 Gastropoda

2.1.1 Karakteristik Gastropoda

Gastpoda berasal dari bahasa Yunani (Gaster = perut, Podos = kaki). Artinya hewan Gastropoda berarti hewan-hewan yang memiliki kaki perut (Sutikno, 1995).

Menurut Oemarjati (1990), hewan kelas gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang terpilin membentuk spiral, beberapa jenis diantaranya tidak mempunyai cangkang, kepala jelas, umunya dengan dua pasang tentakel kaki lebar dan pipih, memiliki rongga mantel dan organ-organ internal, bagi yang bercangkang, antara kepala dan kaki terputus, insang berjumlah kurang lebih satu atau dua buah, bernafas dengan paru-paru, organ reproduksi jumlah satu atau dua fertilasi secara internal dan eksternal.

2.1.2 Morfologi

Sebagian besar struktur cangkang siput Gastropoda terbuat dari kalsium karbonat, dan sebagian lainnya terdiri dari phosphate, bahan organic Chorchiolin dan air (Sutikno, 1995). Siput-siput gastropoda yang hidup di air laut umumnya berbentuk Dekstral.


Menurut Sutikno (1990), Gastropoda berupa suatu bangunan yang berputar spiral. Bangunan ini terbentuk dari tiga lapisan, dari luar ke dalam, ialah :

  1. Periostrakum, dari bahan tanduk yang disebut Conchiolin

  2. Lapisan prismatik, terdiri dari calcit atau arragonit

  3. Lapisan mutiara, terdiri dari CaCO3, jernih dan mengkilap.

2.1.3 Anatomi

Menurut Hadmadi (1984) struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh Gastropoda yang terdiri atas :

  1. Kepala

Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekan. Pada alat peraba ini terdapat titik mati untuk membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang.

  1. Badan

Didalam badannya terdapat alat-alat penting untuk hidupnya diantaranya ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genetalis untuk pembiakannya. Saluran pencernaan terdiri atas :

    1. mulut

    2. pharynx yang berotot

    3. kerongkongan, lambung

    4. usus

    5. anus.


  1. Alat gerak

Alat gerak mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakannya.

  1. Fisiologi

    1. Pertumbuhan

Gastopoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di depan, cangkang berikut isi perutnya tergulung spiral ke arah belakang. Pertumbuhan dari gastropoda terjadi lebih cepat di waktu umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada gastropoda yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula pertumbuhannya terhenti setelah dewasa.

    1. Respirasi dan Peredaran darah

Pada gastropoda darat, pernafasan menggunakan sebuah paru-paru yang disebut “Pulmonate”, pada Gastropoda yang hidup di air tempat pulmonate itu ditempati oleh insang, paru-paru merupakan anyaman pembuluh darah pada dinding luar. Udara masuk dan keluar melalui porus respiratorius. Darah yang berasal dari tubuh mengalami aerasi di dalam paru-paru dan kemudian dipompakan oleh jantung melalui arteri ke arah kepala, kaki dan viscera (alat-alat dalam), Sutikno (1995).

    1. Ekskresi

Menggunakan sebuah ginjal, mengeluarkan zat-zat sisa dari rongga Pericardial yang mengelilingi jantung dan membuangnya ke dalam rongga mantel, Sutikno (1995).


    1. Sistem Reproduksi

Setiap individu Gastropoda mempunyai alat kelamin jantan dan betina (Hermaprodit). Gastropoda yang melangsungkan perkawinannya dengan cara sel telur setelah dibuahi oleh sperma akan terjadi zigot dan menjadi telur. Telur ini akan dikeluarkan dari saluran telur satu persatu dari saluran telur siput betina. Gastropoda yang hidup di laut mengamankan telur-telurnya dengan meletakkan di dalam selaput agar-agar. Bentuk selaput perlindungan ini bermacam-macam banyak diantaranya yang berbentuk kapsul dan setiap kapsul dapat berisi satu sampai ratusan telur didalamnya. Ada induk yang menjaga tetlurnya tetapi ada pula yang meninggalkan telurnya (Dharma, 1988).

4.5. Habitat

Mollusca termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk hidup di berbagai tempat dan cuaca. Sebagian mgastropoda yang hidup di daerah hutan-hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah yang berlumpur atau tergenang air, ada pula yang menempel pada akar atau batang, dan memanjat, misalnya pada littoria, Cassidula, Cerithiidae dan lain-lainnya. Pada umumnya Gastropoda lambat pergerakannya dan bukan merupakan binatang yang berpindah-pindah. Kebanyakan Cypraea ditemukan dibalik koral atau karang yang telah mati. Conus lebih banyak variasinya, ada yang menempel di atas terumbu karang, di bawah karang, di atas pasir ataupun yang membenamkan dirinya di dalam pasir. Murex ada yang hidup di atas terumbu karang, dibalik karang atau di atas pasir. Beberapa Cypraea, Conus, Muerx ditemukan hidup didasar laut yang dalamnya sampai ratusan meter (Dharma, 1988).

    1. Klasifikasi

Di perairan Indonesia dapat ditemukan lebih dari 20.000 jenis (Dharma, 1988). Berdasarkan organ pernafasannya maka Gastropoda menurut Oemajati (1990) dibagi menjadi tiga sub kelas yaitu :

      1. Sub kelas Prosobranchia

Gastropoda yang termasuk dalam sub kelas ini memiliki dua buah insang yang terletak di anterior. Sistem syaraf membentuk angka delapan tentakel berjumlah dua buah, cangkang umumnya tertutup oleh overkulum.

Sub kelas ini dibagi lagi kedalam tiga ordo yaitu :

    1. OrdoArcheogastropoda, yaitu berjumlah satu atau dua buah, tersusun dalam dua baris filament, jantung beruang dua. Contoh ordo ini adalah trochus.

    2. Ordo Mesogastropoda, yaitu satu buah tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, mulut dilengkapi radula yang berjumlah tujuh buah dalam satu baris. Contoh ordo ini adalah Lambis, Turitella.

    3. Ordo Neogastropoda, yaitu insang sebuah tersusun dalam satu baris filament, jantung beruang satu, mulut dilengkapi radula tiga buah dalam satu baris. Contoh ordo ini adalah Murek.


      1. Sub kelas Opistobranchia

Kelompok gastropoda ini memiliki dua insang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletah di dalam mantel, jantung satu ruangan dan reproduksi berumah satu.

Sub kelas ini dibagi dalam delapan ordo, yaitu :

  1. Ordo Cephalaspidea, yaitu cangkang terletak eksternal, besar dan pipih, beberapa jenis mempunyai cangkang internal. Contoh ordo ini adalah Bulla.

  2. Ordo Anaspidea, yaitu cangkang tereduksi bila ada terletak internal, rongga mantel pada sisi kanan menyempit dan tertutup oleh parapodia yang lebar. Contoh ordo ini adalah Aplysia.

  3. Ordo Thecosonata, yaitu cangkang berbentuk kerucut mantel lebar, dan merupakan hasil modifikasi dari kaki yang berfungsi sebagai alat renang bersifat planktonik. Contoh ordo ini adalah Cavolinia.

  4. Ordo Gimnosonata, yaitu tanpa cangkang dan mantel, parapodia sempit, berukuran mikroskoptik dan bersifat planktonik. Contoh ordo ini adalah Clione.

  5. Ordo Nataspide, yaitu cangkang terletak internal, eksternal atau cangkang, rongga mantel tidak ada. Contoh ordo ini adalah Umbraculum.

  6. Ordo Acocchilideacea, yaitu tubuh kecil melipiti spikula, tanpa cangkang, insang ataupun gigi. Contoh ordo ini adalah Hedylopis.

  7. Ordo Sacoglosa, yaitu insang dengan atau tanpa cangkang, radula mengalami modifikasi menjadi alat penusuk dan penghisap alga. Contoh ordo ini adalah Berthelinia.

  8. Ordo Nudibranchia, yaitu cangkang tereduksi, tanpa insang sejati, bernafas dengan insang sekunder yang terdapat disekeliling anus, permukaan dorsal. Contoh ordo ini adalah Glossodaris.

4.6.3. Sub KelasPulmonata

Sub kelasPulmonata bernafas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyaoi mata, rongga mantel terletak di anterior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah dua.

Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo, yaitu :

  1. Ordo Stylomotophora, yaitu tentakel dua pasang, sepasang diantaranya mata di ujungnya, umumnya hidup terrestrial. Contoh ordo ini adalah Achatina fulica.

  2. 1Ordo Basommataphora, yaitu tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata depannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar. Contoh ordo ini adalah Physa.


2.2. Faktor Lingkungan

Seperti hewan lainnya, hewan mollusca kelas Gastropoda untuk kelangsungan hidupnya membutuhkan lingkungan tertentu. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain :

  1. Suhu

Suhu merupakan yang banyak perhatian dalam pengkajian laut. Suhu di daerah tropic berkisar 20˚C sampai 28˚C dan suhu menurun dengan bertambahnya kedalaman air, namun permukaan tidak sebanding dengan seluruh kedalaman sampai dasar laut (Ewusie, 1980). Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting yang dapat menentukan ada tidaknya beberapa jenis hewan. Hewan yang hidup di daerah pasang surutdan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu.

  1. Salinitas

Salinitas adalah jumlah keseluruhan garam yang terlarut dalam volume air tertentu. Salinitas ini dinyatakan sebagai bagian garam per seribu bagian air (‰). Salinitas rata-rata air laut dalam samudra adalah 35‰. Perubahan salinitas dapat mempengaruhi konsumsi Oksigen. Menurut Fantaine dan Raffi (1935) dan Supriharyono (2000) bahwa konsumsi oksigen naik dengan turunnya salinitas.

  1. Substrat

Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, berbatu dan Lumpur serta berkarang menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah litoral. Menurut Nybakken (1992) dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganisme dan mempunyai keragaman terbesar untuk jenis hewan maupun tumbuhan.

  1. pH

Menurut Shahab (1986) kadar pH di perairan merupakan salah satu parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap proses kehidupan dan susunan spesies dalam komunitas organisme hidup membutuhkan pH optimum. Menurut Asikin (1982) pH optimum untuk kehidupan organisme laut antara 6-8.

  1. Intesitas Cahaya

Menurut Odum (1972), intesitas cahaya mempengaruhi pola sebaran organisme. Ada sebagian organisme yang menyukai cahaya dengan intesitas cahaya yang besar, namun ada juga organisme yang lebih menyukai cahaya yang redup. Hewan mollusca kelas Gastropoda merupakan hewan yang menyukai cahaya redup, dimana aktifitas hidupnya banyak dilakukan pada malam hari. Menurut Syafei (1990), intesitas cahaya yang optimum untuk organisme laut yaitu 10 Klux.

2.3. Kelimpahan relatif, Indeks Keanekaragaman, dan Indeks keseragaman

Menurut Odum (1971), bahwa kelimpahan relatif merupakan prosentase jumlah individu suatu spesies terhadap jumlah total individu yang terdapat di daerah tertentu. Kelimpahan organisme akan ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.

Wilhm dan Doris (1968) mendefinisikan indeks keanekaragaman sebagai suatu pernyataan atau suatu penggambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat mempermudah menganalisa informasi-informasi tentang jumlah dan macam organisme. Adapun cara sederhana untuk menyatakan indeks keanekaragaman adalah dengan menentukan prosentase komposisi spesies dalam contoh, dimana semakin tinggi nilai indeks keanekaraganmannya berarti semakin banyak spesies yang ada dalam contoh (Odum, 1971). Sedangkan Wilhm (1975) mengelompokkan tinggi rendah keanekaragaman berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (H’) sebagi berikut :

    1. H’ <>

    2. 1 <>

    3. H’ > 3 : keanekaragaman tinggi

Untuk mengetahui keseragaman jenis dalam suatu perairan dapat diketahui dari indeks keseragaman, dimana besarnya nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1 (Wilhm, 1975). Menurut Krebs (1978) menggolongkan indeks keseragaman (e) sebagai berikut :

        1. e <>

        2. 0,4 <>

        3. e > 0,6 : keseragaman tinggi

Selanjutnya disebutkan bahwa indeks keseragaman renfdah dan sedang ada kecenderungan suatu komunitas didominasi oleh spesies tertentu. Sedangkan indeks keseragaman tinggi berarti kelimpahan tiap jenis dapat dikatakan sama atau dalam suatu komunitas tersebut tidak didominasi oleh satu spesies. Ada tidaknya dominasi pada suatu komunitas dapat dilihat dari indeks dominansinya, yaitu 0 <>






Tidak ada komentar: